Jadi menjaga fundamental ekonomi, bagaimana menjaga agar sektor riil tetap hidup itu penting.
Jakarta (FaktaID) – Ahmad Hari Ferdows, Peneliti Institute of Economic Development and Finance (Indef), mengatakan pertumbuhan sektor riil dapat menahan dampak penutupan Silicon Valley Bank (SVB) dan potensi pelemahan ekonomi. kinerja start-up bagi perekonomian Indonesia. .
Beberapa start-up atau startup berbasis teknologi sudah mulai melakukan hal tersebut bersemangat Akhir tahun 2022 akibat kinerja yang kurang baik akibat aktivitas masyarakat yang kembali normal.
“Namun, jumlah pekerja startup yang di-PHK tidak melebihi jumlah total pekerja di Indonesia,” ujarnya dalam forum publik daring, Kamis.
Pemerintah juga perlu menjaga investasi di sektor riil agar terus tumbuh dan menarik tenaga kerja, sehingga secara keseluruhan jumlah pengangguran di Indonesia terus menurun.
Beliau juga mengatakan: “Oleh karena itu penting menjaga fundamental ekonomi, bagaimana menggerakkan sektor riil dengan meningkatkan investasi di berbagai tempat.”
Sementara itu, berdasarkan perhitungan menggunakan metodologi World Trade Analysis Project, ia menemukan penutupan SVB oleh regulator perbankan California secara tidak langsung menurunkan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,024 persen.
Bailout yang akan dilakukan pemerintah AS untuk membantu bank-bank gagal seperti SVB dianggap wajar.
Konsumen dan pelanggan juga harus diyakinkan agar tidak mengalami kepanikan yang berlebihan. Pemerintah AS akan berusaha sebisa mungkin menghindari krisis karena telah belajar dari krisis 2008.
Menurutnya, sentimen negatif akibat penutupan SVB menjadi salah satu hal penting yang harus diwaspadai karena dapat berdampak negatif terhadap perekonomian.
Beliau juga mengatakan: Setiap negara di dunia harus mengatur kebijakan agar pelaku pasar tidak mengambil tindakan yang tidak perlu dan mencegah efek negatif bahkan dapat memanfaatkan peluang.
Indef ingatkan perlambatan kinerja startup harus diantisipasi
Indef sebut penutupan SVB hanya akan turunkan PDB Indonesia sebesar 0,024%
Koresponden: Sanya Dinda Susanti
Editor: Bodhisantoso Budiman