FaktaID

Informasi Berita Terupdate

Juni 9, 2023

Posisi Indonesia di peta industri baterai EV akan semakin bergengsi

Jakarta (FaktaID) – PT Halmahera Persada Lygend (HPL) memproduksi nikel sulfat sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik, pabrik pertama di Indonesia.

Entitas anak PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang berlokasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, telah memasuki fase peningkatan atau peningkatan yang signifikan. berat badan longgar untuk mencapai kapasitas produksi penuh.

Sekretaris NCKL Franssoka Y Sumarwi mengungkapkan dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu, pabrik nikel sulfat tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksi.

“PT HPL berhasil memproduksi nikel sulfat tingkat baterai untuk pertama kalinya pada 25 Maret 2023. Kami bersyukur karena ini merupakan tonggak sejarah sumber energi baru di Indonesia,” ujarnya.

Meski perusahaan tambang, Indonesia tercatat sebagai bahan mentah Prekursor katoda Baterai Kendaraan Listrik Dengan demikian, posisi Indonesia dalam peta industri baterai kendaraan listrik akan lebih valid.

Francesca mengungkapkan, HPL terus melakukan pemurnian dan peningkatan produksi hingga mencapai total kapasitas produksi 240.000 ton (mt) nikel sulfat per tahun pada pertengahan 2023.

Perusahaan yang sudah merintis produksi campuran nikel dan kobalt, Presipitasi hidroksida campuran (MHP) pada tahun 2021.

Tidak hanya produksi nikel sulfat, pemurnian hilir MHP juga menghasilkan kobalt sulfat (CoSO4). Nikel sulfat dan kobalt sulfat merupakan bahan utama pembuatan katoda untuk sumber energi baru yaitu baterai kendaraan listrik.

Kedua senyawa ini merupakan contoh nyata keberhasilan perlindungan dan peningkatan nilai tambah mineral, karena diperoleh dari pengolahan dan pemurnian bijih nikel kadar rendah atau limonit, yang sebelumnya tidak dapat diolah atau dijadikan bahan mentah. Kelebihan muatan Teknologi yang tepat, yaitu Pencucian dengan asam bertekanan tinggi (HPAL) dan etos kerja yang tinggi memungkinkan hal ini terjadi.”

Kapasitas produksi HPL memungkinkan perseroan mengolah dan menyempurnakan seluruh produksi PLTMH menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat.

Namun, pada 2023, anak usaha NCKL itu berencana mengolah sekitar 50% MHP menjadi nikel sulfat.

HPL juga sedang mendiskusikan penjualan dengan beberapa pembeli potensial, dan ekspor perdana nikel sulfat diperkirakan paling cepat Juni 2023.

Ia mengatakan: “Ke depan, perusahaan akan terus meningkatkan seluruh mata rantai industri sumber daya nikel dan juga menjadi perusahaan manufaktur material energi baru yang mengutamakan pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat serta berkontribusi dalam pengembangan industri.

Penerbit Nikel Grup Harita Resmi Masuk Pasar Saham, Saham Stagnan Dibuka
Entitas nikel Grup Harita berencana meningkatkan pendapatan hingga 100% setelah penawaran umum perdana.
Harita Nickel menerapkan prinsip ESG melalui rehabilitasi mangrove

Koresponden: Bayo Saputra
Editor: Klik Dewanto